Curhat Warga: Makan Tabungan dan Ngutang Demi Bertahan Hidup

Jakarta, CNBC Indonesia-Kenaikan harga bahan makanan pokok dan komoditas lainnya menjelang akhir tahun membuat sebagian masyarakat harus mengencangkan ikat pinggangnya. Meminjam uang menjadi salah satu opsi bertahan hidup ketika keuangan sudah cekak di akhir bulan.

Zulkifli, seorang pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu lembaga negara mengakui harus memutar otak untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Bapak satu orang anak ini tertawa ketika mengingat meme ‘agar silaturahmi tidak terputus, pinjam dulu seratus’. Pasalnya, tanpa sadar dia menjadi salah satu orang yang melakukannya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Pasti ada aja pinjem, tapi enggak besar. Ada aja gitu minjem, misalnya Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, nanti kalau ada rezeki diganti,” kata dia ketika dihubungi,Senin (4/11/2023).

Dia mengakui bahwa melakukan pinjaman itu karena terpaksa. Pasalnya, penghasilan dia dan istrinya sudah habis setengahnya untuk cicilan rumah KPR. Setengah penghasilan yang tersisa, kata dia, habis untuk membeli bahan kebutuhan pokok. Dia mengakui menjadi salah satu keluarga yang kelimpungan ketika harga beras melonjak naik akibat musim kering panjang.

“Iya tuh, agak chaos juga, sempat naik sebelum musim hujan, biasanya setiap beli harganya Rp 70 ribu, waktu itu hampir Rp 90 ribu, alhamdulillah sekarang sudah turun,” kata dia.

Ketika anggaran keluarga sudah sangat terbatas, Zulkifli mengakui hal yang bikin makin pusing adalah kebutuhan dadakan, misalnya ketika anak sakit. Ketika kebutuhan dadakan itu muncullah, Zulkifli mengaku harus meminjam duit ke kerabatnya. “Sekali beli obat bisa habis Rp 200 ribu,” kata dia.

Meski demikian, Zulkifli masih merasa beruntung karena semua pengeluarannya itu tidak sampai membuatnya menghabiskan tabungan. Dia mengatakan menggunakan tabungan berencana sehingga tak bisa diambil seenaknya. Dengan kondisi barang-barang yang semakin mahal, Zulkifli mengatakan berusaha sebisa mungkin tidak mengeluarkan uang ketika bekerja. Bujet untuk wisata dan nongkrong di kedai kopi, kata dia, sama sekali dihilangkan. “Yaudah lah jalanin aja,” kata dia.

Makin berkurangnya daya beli masyarakat yang dirasakan oleh Zulkifli tergambar dalam Mandiri Spending Index per awal November tahun ini. Sebesar 60% lebih pengeluaran masyarakat menengah ke bawah dihabiskan untuk consumer goods seperti makanan, sabun, dan shampoo.

Data Mandiri Spending Index per awal November menunjukkan belanja kelompok lower sedikit melambat di November, sementara middle dan higher masih menguat. Kelompok bawah adalah konsumen dengan rata-rata tabungan di bawah Rp 1 juta, menengah antara Rp 1 – 10 Juta, sementara kelompok atas adalah mereka dengan tabungan di atas Rp 10 juta.

Data tersebut juga mencatat, Indeks tabungan kelas bawah anjlok ke 47,4% pada November dari sekitar 100 pada April 2023. Indeks tabungan melemah sejalan dengan naiknya indeks belanja. Indeks belanja melonjak ke 269,2 pada awal November. Indeks jauh lebih tinggi dibandingkan per awal tahun ini yang hanya di kisaran 200. Sepanjang periode 2022, indeks bahkan berada di bawah 150.

Makin mahalnya biaya hidup di RI juga dirasakan seorang freelancer bernama Firdau (30 tahun). Dia merasakan harga-harga melambung tinggi, sementara pendapatannya sebagai freelancer tak menentu. “Struggle sebenarnya sekarang,” kata dia.

Untuk mengakali beratnya biaya hidup itu, freelancer bidang design grafis mengatakan hanya mengeluarkan duit untuk kebutuhan-kebutuhan kerja saja, seperti pulsa dan kuota internet. Dia mengakui melakukan puasa rokok karena harganya yang makin naik.

Sementara untuk kebutuhan makan, dia mengatakan memilih untuk makan di rumah supaya uangnya tidak habis. “Rokok paling berasa, naiknya mahal banget. Gorengan juga jadi mahal sekarang Rp 5.000 dapat 3, biasanya 4,” kata dia.

Meski dengan gaya hidup hemat itu, Firdaus mengatakan masih dibuat pusing apabila ada kebutuhan yang tidak bisa diperkirakan. Misalnya saja ketika hape-nya tiba-tiba rusak bulan lalu. Di satu sisi dia tak mau tabungannya terpakai untuk membeli ponsel. Namun di sisi lain sangat berat membeli ponsel dengan pendapatan bulanannya. Opsi yang dia tempuh akhirnya adalah meminjam duit ke kerabat.

“Saya sebenarnya ada tabungan, tapi tidak mau tabungannya terganggu,” kata dia.

[Gambas:Video CNBC]


Artikel Selanjutnya


Utang RI Aman, Jokowi: Paling Rendah di Negara G20 & ASEAN


(mij/mij) 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *