Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hari ini, Rabu (13/12/2023) terpantau dibuka menguat pasca rilis data inflasi AS sesuai dengan perkiraan pasar, hal ini semakin menguatkan prospek bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk melunakan kebijakan pada pertemuan pekan ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka menguat 0,10% ke posisi Rp15.600/US$ pada hari ini. Penguatan di awal perdagangan ini jika bertahan sampai akhir potensi mampu membalikkan tren pelemahan yang terjadi selama dua hari beruntun.
Penguatan rupiah hari ini disinyalir berkat respon positif dari pelaku pasar setelah rilis data inflasi AS semalam yang hasilnya sesuai dengan perkiraan, dimana inflasi AS per November 2023 tercatat tumbuh 3,1% (yoy). Inflasi lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Oktober 2023 yakni 3,2% serta sesuai ekspektasi pasar yakni 3,2%.
Inflasi November menjadi yang terendah sejak Juni 2023. Laju inflasi juga sudah jauh melandai dibandingkan puncak tertingginya pada Juni 2022 yang tercatat 9,1%.
Sementara untuk inflasi inti tumbuh 4% yoy, relatif tak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Realisasi inflasi dan inflasi inti kali ini sesuai dengan harapan pasar, tetapi masih cukup jauh dari target the Fed yang mengharapkan inflasi melandai ke kisaran 2%.
Data inflasi yang rilis semalam cukup melegakan pasar setelah mendapat guncangan pada akhir pekan lalu dari data pasar tenaga kerja AS yang kembali memanas pada November.
Sebagaimana diketahui, tingkat pengangguran turun menjadi 3,7% di November dari 3,9% pada bulan sebelumnya. Perekonomian juga menambah 199.000 lapangan kerja di luar pertanian, angka tersebut sedikit lebih tinggi dari perkiraan Dow Jones sebesar 190.000 dan jauh melampaui penambahan 150.000 lapangan kerja di bulan Oktober.
Kendati demikian, pasar meyakini sikap the Fed paling tidak di pertemuan terakhir penghujung tahun ini akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga.
Pasalnya inflasi telah melandai sesuai harapan, apalagi di tengah musim high season dari natal dan tahun baru (nataru) biasanya akan membuat pemangku kepentingan lebih menjaga momentum daya beli masyarakat agar perekonomian bisa terakselerasi positif.
Perhitungan CME FedWatch memproyeksikan the Fed akan mempertahankan suku bunga sudah kian meningkat, mencapai lebih dari 98%. The Fed diketahui menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai kemarin dan hari ini. Hasil keputusan akan diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari pukul 02:00 WIB.
Sebagai informasi, sejak Maret 2022 The Fed telah menaikkan suku bunga sebanyak 11 kali atau setara 550 basis poin (bps) ke level 5,25% – 5,50%.
Hasil keputusan The Fed menjadi kabar yang paling ditunggu bukan hanya oleh pelaku pasar Indonesia tetapi juga dunia. Dengan status sebagai ekonomi terbesar di dunia maka apapun keputusan The Fed akan berdampak besar terhadap ekonomi global.
Jika The Fed melunak maka ada harapan rupiah akan menguat kencang, pasalnya, dana asing diperkirakan akan mengalir deras ke pasar keuangan Indonesia.
Sebaliknya, jika The Fed masih galak maka ada risiko capital outflow dari Indonesia. Perekonomian global juga rawan macet jika The Fed masih galak karena suku bunga masih bisa bertahan tinggi sehingga ongkos pinjaman mahal.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Data China Bikin Waspada, Kuatkah Rupiah Hari Ini?
(tsn/tsn)