Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan membaiknya data ketenagakerjaan AS yang di atas ekspektasi pasar.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah di angka Rp15.395/US$ atau terapresiasi 0,13%. Sedangkan secara mingguan, rupiah juga menguat 0,55%. Sementara secara year to date (ytd) menguat sebesar 1,09%.
Sementara DXY pada pukul 15.00 WIB turun 0,05% menjadi 101,18. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (28/12/2023) yang berada di angka 101,23.
Penutupan perdagangan rupiah hari ini cukup cemerlang mengingat penguatan terjadi empat hari beruntun sejak 22 Desember 2023. Penguatan rupiah di akhir tahun 2023 ini juga sejalan dengan pernyataan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang pada awal tahun menyakini pergerakan rupiah akan terus menguat ke depannya.
Lebih lanjut, apresiasi rupiah terjadi di tengah menurunnya DXY yang bertengger di titik terendah kurang lebih sejak lima bulan terakhir. Pelemahan ini mencerminkan arus dana yang semakin deras keluar dari Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, yang diperkirakan mengalir ke pasar-pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen ini membantu membangun kepercayaan pelaku pasar domestik. Seiring dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (The Fed) di tahun depan, ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di pasar negara berkembang menjadi daya tarik bagi investor.
Selain itu, klaim pengangguran di AS yang naik sedikit menjadi 218.000 untuk pekan yang berakhir pada 23 Desember memberikan sinyal positif bagi ekonomi global, termasuk Indonesia. Hal ini memberikan angin segar bagi perekonomian global dan memperbesar peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed di tahun mendatang.
Hasil ini konsisten dengan meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral AS (The Fed) kemungkinan akan memulai siklus pemotongannya pada kuartal pertama tahun 2024.
Sebagai informasi, berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 72,8% pelaku pasar berekspektasi terjadi pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Maret 2023.
Sedangkan jika berkaca pada dokumen dot plot Desember, diekspektasikan bahwa The Fed akan memangkas setidaknya tiga kali atau sedikitnya 75 basis poin (bps) atas suku bunga acuannya pada 2024. Hal ini berdampak pada lemahnya DXY.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Artikel Selanjutnya
Dolar AS Masih Terus Menguat, RI Waspada Tsunami Ekonomi
(rev/rev)